Jakarta, Lokanews.id – Pemerintah Indonesia sedang mengkaji langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura. Selama ini, sekitar 54 hingga 59 persen pasokan BBM impor Indonesia berasal dari negara tetangga tersebut. Namun, harga yang ditawarkan Singapura dinilai tidak jauh berbeda dengan harga dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Timur Tengah, sehingga pemerintah mulai membuka peluang impor dari sumber lain.
Dalam strategi diversifikasi ini, Amerika Serikat disebut sebagai kandidat utama pengganti Singapura. Hal ini juga berkaitan dengan negosiasi perdagangan antara kedua negara, menyusul penangguhan tarif 32% atas sejumlah produk Indonesia oleh pemerintah AS. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyatakan, “Kita bisa mengalihkan sampai 60% dari impor BBM Singapura ke Amerika dalam enam bulan ke depan.”
Pertamina sebagai BUMN energi akan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan ini. Untuk mendukung transisi, Pertamina sedang menyiapkan pembangunan fasilitas penyimpanan dan pelabuhan yang mampu menampung kapal tanker berukuran besar dari luar negeri. Ini merupakan bagian penting dari peningkatan infrastruktur penunjang logistik energi nasional.
Langkah ini juga mendapat perhatian dari parlemen. Anggota DPR RI Komisi VII, Mulyanto, menilai ketergantungan terhadap Singapura muncul akibat lemahnya fasilitas pencampuran dan penyimpanan BBM di dalam negeri. “Masa kita kalah dan tergantung pada Singapura, karena kita tidak punya fasilitas blending dan storage untuk mencampur BBM,” kritiknya.
Selain infrastruktur, pemerintah juga akan menyiapkan dermaga-dermaga berskala besar di beberapa titik strategis. Menteri Bahlil menjelaskan, “Sekarang kita, Pertamina, lagi membangun dermaga-dermaga yang bisa impor yang besar. Karena kalau dari Singapura kan kapalnya yang kecil-kecil,” katanya, menjelaskan perbedaan logistik antar sumber impor.
Secara keseluruhan, kebijakan ini menunjukkan upaya pemerintah dalam memperkuat ketahanan energi nasional melalui pengurangan dominasi satu negara sebagai sumber pasokan. Jika rencana ini diiringi dengan percepatan pembangunan kilang dalam negeri dan peningkatan kapasitas distribusi, Indonesia dapat lebih mandiri dalam mengelola kebutuhan energinya di masa depan.
Comment