Jakarta, Lokanews.id – Tekanan ekonomi baru menghantam industri teknologi, kali ini menyasar produk-produk Samsung. Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat menyebabkan harga ponsel asal luar negeri, termasuk Samsung, diprediksi akan melonjak dalam waktu dekat.
Samsung selama ini mengandalkan fasilitas produksi di Vietnam, India, dan Brasil untuk memasok pasar Amerika. Namun, dengan diberlakukannya tarif impor hingga 46% dari Vietnam dan 27% dari India, harga produk dipastikan tak lagi stabil seperti sebelumnya.
Tanpa basis produksi langsung di AS, Samsung kini menghadapi dilema serius. Dengan biaya impor melonjak tajam, perusahaan harus memilih antara memangkas margin keuntungan atau menaikkan harga jual ke konsumen. Langkah kedua kemungkinan besar menjadi pilihan realistis dalam waktu dekat.
Konsumen AS diprediksi akan langsung merasakan dampaknya. Jika sebelumnya ponsel flagship Samsung bisa dibanderol di bawah USD 1.000, lonjakan tarif bisa mendorong harga tembus hingga mendekati USD 1.500, terutama untuk varian dengan spesifikasi tinggi.
Sejak 2019, Samsung telah menutup pabrik ponsel di China dan mengandalkan skema Joint Design Manufacturing (JDM). Strategi ini sebelumnya dianggap efisien, namun kini jadi boomerang seiring tarif tinggi menyasar hampir semua negara basis produksi Samsung.
Kondisi ini tak hanya menekan posisi kompetitif Samsung di pasar AS, tetapi juga mencerminkan risiko besar dari rantai pasok global yang terlalu terpusat di luar negeri. Jika tidak segera diantisipasi, lonjakan harga bisa menggerus pangsa pasar dan membuka celah bagi kompetitor lokal atau alternatif merek lainnya.
Comment